Telkomsel Bidik Spektrum 2,6 GHz, Internet Indonesia Siap Tembus 100 Mbps
Telkomsel, sebagai salah satu operator terbesar di Tanah Air, menyatakan ketertarikannya terhadap spektrum ini. Hal ini disampaikan langsung oleh Vice President Corporate Communications & Social Responsibility Telkomsel, Saki Hamsat Bramono. Menurutnya, spektrum ini bisa menambah kekuatan infrastruktur jaringan 5G yang tengah dikembangkan Telkomsel secara bertahap.
Ketertarikan Telkomsel terhadap frekuensi 2,6 GHz ini sejalan dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat akan akses internet cepat dan stabil. Seiring berkembangnya era digital, tuntutan terhadap performa koneksi jaringan pun semakin tinggi. Frekuensi ini pun dianggap sebagai peluang strategis untuk memperkuat daya saing dan kualitas layanan operator.
Frekuensi 2,6 GHz sendiri merupakan bagian dari kategori mid-band yang memiliki keunggulan dari sisi kapasitas dan cakupan. Dengan lebar pita mencapai 190 MHz, pita ini dapat dimanfaatkan untuk menghadirkan layanan 4G maupun 5G secara lebih optimal. Keunggulan lain adalah dukungan ekosistem perangkat global yang luas, menjadikannya pilihan utama dalam implementasi jaringan seluler masa depan.
Telkomsel menyatakan siap mengikuti proses seleksi yang akan dilakukan Komdigi. Menurut Saki, pihaknya tinggal menunggu rincian teknis dan jadwal dari kementerian. Ia menegaskan, Telkomsel pasti akan ikut serta karena frekuensi tersebut memiliki nilai strategis tinggi dalam pengembangan jaringan nasional. Dengan dukungan frekuensi ini, Telkomsel berharap mampu memberikan pengalaman digital terbaik bagi pelanggannya di seluruh Indonesia.
Sebelumnya, Komdigi telah lebih dahulu melakukan konsultasi publik terkait frekuensi lain, seperti pita 700 MHz dan 26 GHz. Namun, keputusan pemerintah untuk berfokus pada frekuensi 2,6 GHz mendapat respon positif karena spektrum ini dinilai paling siap untuk digunakan secara luas dalam mendukung layanan seluler. Operator pun menyambut baik langkah ini karena sejalan dengan strategi perluasan layanan mereka.
Kondisi internet Indonesia saat ini masih memerlukan banyak perbaikan. Berdasarkan data dari Ookla pada Maret 2025, Indonesia hanya berada di peringkat ke-9 dari 10 negara di kawasan ASEAN dalam hal kecepatan unduh mobile broadband. Kecepatan rata-ratanya hanya menyentuh angka 40,37 Mbps, jauh tertinggal dari negara-negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand.
Penggunaan frekuensi 2,6 GHz menjadi solusi potensial untuk mengatasi keterbatasan tersebut. Dengan bandwidth yang cukup luas dan teknologi Time Division Duplex (TDD), spektrum ini memungkinkan efisiensi tinggi dalam pemanfaatan kapasitas jaringan. Selain itu, ekosistem perangkat yang kompatibel dengan frekuensi ini sudah tersebar luas, memudahkan adopsi di berbagai wilayah.
Komdigi menyatakan bahwa penggunaan pita frekuensi radio 2,6 GHz untuk jaringan 4G dan 5G diharapkan dapat membawa konektivitas broadband Indonesia ke level yang lebih baik. Pita ini dianggap mampu menjawab tantangan kualitas jaringan yang selama ini menjadi kendala utama, terutama di daerah padat pengguna seperti perkotaan dan kawasan industri.
Langkah Komdigi membuka spektrum ini juga sejalan dengan peta jalan transformasi digital nasional. Dalam beberapa tahun ke depan, Indonesia menargetkan menjadi negara dengan infrastruktur digital yang kuat dan merata. Frekuensi 2,6 GHz akan menjadi tulang punggung penting dalam menciptakan ekosistem digital yang inklusif dan berkelanjutan.
Telkomsel sendiri sudah melakukan berbagai uji coba dan pengembangan teknologi jaringan 5G di sejumlah kota besar. Dengan tambahan spektrum ini, perusahaan berharap dapat memperluas cakupan dan kapasitas jaringan secara signifikan. Strategi ini diharapkan mampu memberikan pengalaman digital premium, terutama untuk aplikasi-aplikasi yang membutuhkan koneksi tinggi seperti video streaming 4K, cloud gaming, hingga layanan Internet of Things (IoT).
Masyarakat pun diharapkan bisa merasakan manfaat langsung dari langkah ini dalam waktu dekat. Peningkatan kualitas jaringan internet akan mendukung aktivitas produktif masyarakat, mulai dari pendidikan, bisnis, hiburan, hingga layanan publik. Komdigi dan Telkomsel pun diminta untuk terus bersinergi demi mempercepat realisasi konektivitas nasional yang merata dan berkualitas.
Telkomsel juga menekankan bahwa pengembangan jaringan tidak hanya sebatas di wilayah urban. Mereka berkomitmen memperluas jangkauan layanan hingga ke daerah terpencil, guna memastikan setiap warga negara bisa menikmati internet cepat. Dengan dukungan pita 2,6 GHz, operator memiliki peluang lebih besar untuk menjangkau wilayah yang selama ini sulit dilayani.
Di sisi lain, pemerintah pun terus mendorong operator untuk memanfaatkan teknologi terbaru demi mempercepat transformasi digital. Frekuensi 2,6 GHz dinilai mampu menghadirkan koneksi dengan latensi rendah dan kapasitas besar, yang sangat dibutuhkan untuk layanan masa depan. Apalagi dengan terus meningkatnya pengguna internet dan perangkat yang terhubung di seluruh Indonesia.
Selain Telkomsel, operator lain pun diyakini akan turut serta dalam lelang frekuensi ini. Persaingan untuk mendapatkan spektrum ini diprediksi akan ketat, mengingat nilainya yang sangat strategis. Namun, hal ini justru menjadi sinyal positif bahwa industri telekomunikasi nasional tengah bergerak menuju arah yang lebih maju dan kompetitif.
Langkah strategis Komdigi membuka seleksi frekuensi 2,6 GHz bisa menjadi momentum penting dalam membenahi kualitas koneksi internet di Indonesia. Dengan infrastruktur yang memadai, target internet cepat 100 Mbps bukan lagi sekadar wacana, melainkan sebuah keniscayaan. Dukungan operator besar seperti Telkomsel tentu akan mempercepat langkah tersebut menjadi kenyataan.