Kode Referral Kredivo Terbaru, Bonus Hingga 250rb Points untuk Pengguna Baru!. Klik Disini

Efektifkah Mematikan AC Saat Tanjakan? Ini Penjelasan Pakar Otomotif

Ruangojol.com, Jakarta — Banyak pengemudi memilih mematikan AC mobil saat menanjak demi mengurangi beban mesin dan memastikan kendaraan tetap bertenaga, khususnya saat membawa muatan berat atau melewati jalan curam. Cara ini telah menjadi kebiasaan umum di kalangan pengendara di Indonesia. Tapi, apakah benar cara ini efektif dan layak diterapkan oleh semua pemilik kendaraan?

Isu mengenai efisiensi tenaga mobil di tanjakan memang sudah lama menjadi perhatian. Salah satu cara yang sering dilakukan adalah dengan mematikan AC ketika melaju di jalan menanjak. Hal ini dipercaya mampu mengurangi beban kerja mesin sehingga tenaga mobil tidak terbagi dengan kinerja kompresor pendingin udara. Dalam praktiknya, metode ini banyak dianut pengemudi, terutama yang sering berkendara di daerah pegunungan atau jalur berbukit.

Namun begitu, tidak semua orang paham mengapa tindakan ini dianggap perlu. Sejumlah pengemudi melakukannya hanya karena mengikuti kebiasaan, tanpa mengetahui bagaimana sistem kerja mesin mobil dan komponen AC-nya. Padahal, tidak semua kendaraan akan mendapat manfaat signifikan dari langkah ini.

Menurut Gunawan, pemilik bengkel Premium99 AC di Depok, mematikan AC saat menanjak memang bisa mengurangi beban mesin, khususnya untuk mobil dengan kapasitas mesin kecil atau kondisi mesin yang sudah tidak prima. Kompresor yang tidak bekerja secara otomatis akan meringankan kerja mesin.

“Kalau AC dimatikan, kompresor tidak bekerja, otomatis beban mesin berkurang. Tapi pengaruhnya enggak terlalu besar kalau mobil dalam kondisi sehat dan tanjakannya masih normal,” ujar Gunawan, Minggu (22/6/2025). Ia menekankan bahwa efek positif dari mematikan AC mobil saat menanjak baru akan terasa jika kendaraan sedang membawa beban berat atau melewati tanjakan curam.

Di sisi lain, pada mobil-mobil keluaran terbaru, teknologi sistem pendingin sudah jauh lebih efisien. Hal ini membuat beban AC terhadap performa mobil tidak seberat dulu. Teknologi kompresor terbaru bahkan dirancang untuk mengatur kerja secara dinamis mengikuti kondisi mesin dan kebutuhan pendinginan kabin, sehingga tidak selalu mengganggu tenaga utama mobil.

Gunawan juga menyarankan agar pengemudi tetap memperhatikan kondisi kendaraan secara umum. Mobil yang sehat dan terawat seharusnya mampu menanjak meskipun AC tetap menyala. Namun jika pengemudi merasa mobil kurang bertenaga, terutama saat melalui medan berat, mematikan AC secara sementara bisa menjadi solusi praktis.

Ia mengingatkan pentingnya menjaga performa kendaraan melalui servis berkala. Komponen AC dan mesin yang bersih dan terawat akan memberikan performa optimal, tidak hanya di jalan datar tetapi juga saat melewati tanjakan atau saat membawa muatan berat. “Kalau memang tanjakannya curam dan mobil terasa berat, boleh saja matikan AC sebentar. Tapi kalau mobil sehat dan tanjakannya standar, sebenarnya enggak perlu,” tambahnya.

Sebagian besar pengemudi yang mematikan AC saat tanjakan melakukannya karena terbiasa. Namun, dengan perkembangan teknologi kendaraan saat ini, kebiasaan tersebut tidak selalu relevan. Justru yang lebih penting adalah memastikan bahwa kendaraan dalam kondisi prima, termasuk sistem pendinginan, mesin, dan transmisi.

Selain itu, banyak pengguna kendaraan tidak menyadari bahwa performa mobil tidak hanya ditentukan oleh beban dari AC, tetapi juga oleh banyak faktor lain seperti jenis bahan bakar yang digunakan, tekanan angin ban, jenis oli mesin, dan cara mengemudi. Semua aspek ini berkontribusi terhadap kinerja kendaraan secara keseluruhan.

Dalam konteks konsumsi energi, sistem AC memang mengandalkan daya dari mesin. Namun dengan sistem manajemen mesin modern, mobil secara otomatis akan mengatur distribusi daya untuk memastikan efisiensi maksimal. Sehingga, pengaruh kompresor AC terhadap tenaga saat tanjakan bisa dikatakan minim pada mobil-mobil generasi baru.

Meski demikian, mematikan AC mobil saat tanjakan masih bisa diterapkan secara situasional, terutama pada kendaraan lama atau dalam kondisi darurat seperti overheat. Namun hal ini sebaiknya tidak dijadikan kebiasaan tanpa mempertimbangkan kondisi teknis kendaraan yang sebenarnya.

Kebiasaan ini pun tak lepas dari kondisi jalanan di Indonesia yang beragam. Banyak daerah memiliki medan yang tidak rata, dengan tanjakan dan turunan tajam. Dalam kondisi seperti ini, setiap pengemudi memang harus menyesuaikan cara berkendara. Tetapi, solusi ideal bukan hanya mematikan AC, melainkan lebih pada bagaimana menjaga mobil tetap dalam kondisi layak jalan.

Sebagai tambahan, teknik mengemudi di tanjakan juga sangat berpengaruh. Mengatur putaran mesin (RPM), memilih gigi yang tepat, dan memahami momentum tanjakan bisa lebih menentukan dibanding hanya mematikan AC. Kombinasi teknik mengemudi yang benar dengan kondisi kendaraan yang prima akan memberikan hasil terbaik dalam menaklukkan jalur tanjakan.

Dengan pemahaman yang benar, pengemudi tidak perlu selalu merasa khawatir dengan kondisi tanjakan. Teknologi kendaraan saat ini sudah dirancang agar tetap efisien dan bertenaga dalam berbagai kondisi, termasuk ketika AC menyala. Maka dari itu, pendekatan terbaik tetaplah menjaga kesehatan mesin secara menyeluruh.

Dalam kesimpulan Gunawan, pemilik kendaraan sebaiknya tidak terlalu terpaku pada kebiasaan lama. Dengan pemeliharaan yang konsisten dan pemahaman dasar tentang kinerja mesin, mobil bisa tetap melaju mulus di tanjakan tanpa harus mengorbankan kenyamanan kabin dengan mematikan AC.

Demikian ulasan mengenai efektivitas dan relevansi kebiasaan mematikan AC mobil saat menanjak dalam dunia otomotif modern. Perawatan rutin dan pengemudi yang paham kondisi mobilnya tetap menjadi kunci utama dalam menghadapi berbagai tantangan di jalan raya.

Sekedar Berbagi Informasi seputar Kehidupan