Petaka Driver Online, Robotaxi Tesla Ancam Profesi Ojol
Perkembangan robotaxi Tesla menjadi perhatian utama karena perusahaan milik Elon Musk tersebut telah memulai layanan ride-hailing otomatis sejak Juni 2025. Armada Tesla Model Y yang dilengkapi sistem kemudi otomatis mulai beroperasi dengan pengawasan valet, namun ke depan akan dijalankan sepenuhnya tanpa pengemudi.
Fenomena ini dinilai sebagai pukulan besar bagi profesi driver online. Kehadiran robotaxi dianggap bisa menggantikan peran manusia dalam layanan transportasi berbasis aplikasi. Bagi pengemudi ojol dan taksi online, perkembangan ini tentu menjadi kabar yang meresahkan.
China dan Amerika Serikat saat ini menjadi dua negara paling agresif mengembangkan kendaraan tanpa sopir. Perusahaan raksasa ride-hailing seperti Uber bahkan mulai bermitra dengan produsen mobil otonom untuk menghadirkan layanan serupa. Kompetisi ketat ini membuat perubahan lanskap transportasi global tidak bisa dihindari.
Tesla sendiri mendapatkan izin resmi dari Texas Department of Licensing and Regulation (TDLR) hingga 6 Agustus 2026 untuk menjalankan jaringan transportasi otomatis. Dengan regulasi yang relatif longgar, Texas dipilih sebagai wilayah pertama ekspansi layanan robotaxi Tesla.
Meski menjanjikan efisiensi, robotaxi Tesla sudah menuai kontroversi. Beberapa insiden uji coba memperlihatkan kelemahan sistem yang memerlukan intervensi manusia. Kendati begitu, Tesla optimistis dapat melayani setengah populasi Amerika Serikat dengan layanan ride-hailing otomatis pada akhir 2025.
Perubahan besar dalam industri transportasi ini menimbulkan pertanyaan serius mengenai masa depan driver online di berbagai negara, termasuk Indonesia. Jika robotaxi mulai masuk pasar Asia, tidak menutup kemungkinan profesi ojol yang kini digeluti jutaan orang akan semakin terancam.