Gagal Berfungsi, Kap Mesin Karbon Fiber Xiaomi SU7 Ultra Jadi Objek Gugatan Konsumen
Para pemilik Xiaomi SU7 Ultra rela menyumbangkan dana sebesar 3.000 yuan atau sekitar Rp6,8 juta demi melancarkan proses hukum ini. Mereka menilai Xiaomi telah menyesatkan konsumen dengan klaim bahwa kap mesin serat karbon tersebut mampu memberikan pendinginan optimal dan meningkatkan aerodinamika kendaraan. Namun, hasil pengujian menunjukkan bahwa fitur tersebut tidak berfungsi sebagaimana dijelaskan.
Kontroversi ini bermula ketika pemilik SU7 Ultra membeli kap depan karbon fiber seharga 42.000 yuan atau setara Rp94 juta. Xiaomi memasarkan produk ini dengan iming-iming teknologi pendinginan dan aerodinamika yang terinspirasi dari mobil balap. Namun, investigasi pengguna menunjukkan tidak ada aliran udara masuk melalui saluran yang ada di kap mesin tersebut, meski telah dilakukan uji coba dengan blower dan kertas tisu.
Dalam video yang beredar di media sosial, proses pembongkaran kap mesin SU7 Ultra memperlihatkan tidak adanya perbedaan signifikan dibandingkan versi standar berbahan aluminium. Bahkan, hasil pencitraan termal yang dibagikan para pemilik menunjukkan bahwa kap mesin karbon fiber tersebut tidak memberikan efek pendinginan yang diharapkan, sehingga semakin memperkuat tudingan bahwa produk tersebut sekadar aksesoris visual.
Menanggapi polemik ini, Xiaomi akhirnya memberikan klarifikasi bahwa kap mesin karbon fiber memang dirancang untuk meniru tampilan prototipe kendaraan. Xiaomi mengakui bahwa fungsinya hanya memberikan panduan aliran udara parsial dan tambahan pendinginan terbatas di area kompartemen depan. Pada 7 Mei lalu, Xiaomi menyampaikan permintaan maaf resmi karena deskripsi produk tersebut tidak mencantumkan informasi secara detail mengenai fungsi sebenarnya.
Sebagai bentuk kompensasi, Xiaomi menawarkan dua opsi kepada konsumennya. Bagi pemilik yang belum menerima unit kendaraan, Xiaomi memberikan pilihan untuk mengganti kap mesin karbon fiber dengan versi aluminium standar. Sementara itu, bagi pemilik yang telah mengonfirmasi pesanan, perusahaan menawarkan kompensasi berupa 20.000 poin hadiah senilai 2.000 yuan atau sekitar Rp2,7 juta. Namun, langkah ini dianggap belum memadai oleh banyak konsumen.
Sejumlah pemilik Xiaomi SU7 Ultra menolak tawaran kompensasi tersebut dengan alasan waktu tunggu yang terlalu lama untuk mendapatkan suku cadang pengganti. Dilaporkan, estimasi waktu tunggu mencapai 30 hingga 40 minggu, yang dinilai tidak sebanding dengan kerugian finansial dan kekecewaan yang dialami para pelanggan. Hal ini semakin memperkeruh situasi dan memperbesar dorongan untuk membawa kasus ini ke ranah hukum.
Kasus kap mesin karbon fiber Xiaomi SU7 Ultra menjadi perhatian luas di kalangan pecinta otomotif dan teknologi di Indonesia, khususnya Jakarta. Banyak pihak menyoroti pentingnya transparansi dalam pemasaran produk otomotif, terutama terkait fitur-fitur yang mempengaruhi performa kendaraan. Kekecewaan konsumen terhadap Xiaomi memicu diskusi tentang etika pemasaran dan perlindungan konsumen di era kendaraan listrik yang semakin berkembang.
Insiden ini juga menjadi pelajaran penting bagi produsen otomotif agar lebih berhati-hati dalam mempromosikan fitur-fitur unggulan mereka. Konsumen semakin kritis dan cerdas dalam mengevaluasi klaim produsen, sehingga kejujuran dan akurasi informasi menjadi faktor utama dalam menjaga kepercayaan pasar. Xiaomi, sebagai pendatang baru di dunia otomotif, harus menghadapi konsekuensi dari kurangnya transparansi tersebut.
Sementara proses hukum masih berjalan, para pemilik Xiaomi SU7 Ultra di Jakarta terus menyuarakan aspirasi mereka melalui berbagai platform media sosial. Mereka berharap kasus ini dapat menjadi preseden untuk mendorong perlindungan konsumen yang lebih kuat di industri otomotif tanah air. Langkah hukum ini juga diharapkan menjadi sinyal bagi produsen lain untuk tidak mengabaikan tanggung jawab terhadap konsumen.
Dengan semakin banyaknya laporan dan bukti yang dikumpulkan oleh para pemilik, kasus ini diprediksi akan terus berkembang. Xiaomi diharapkan dapat memberikan solusi yang lebih memuaskan bagi konsumen agar citra merek tetap terjaga. Keterbukaan dan itikad baik menjadi kunci dalam menyelesaikan sengketa ini dan menjaga kepercayaan pelanggan di tengah persaingan ketat industri kendaraan listrik global.