Kode Referral Kredivo Terbaru, Bonus Hingga 250rb Points untuk Pengguna Baru!. Klik Disini

Vendor Ponsel China Rancang Sistem Operasi Pengganti Android, Siap Saingi Google?

Ruangojol.com - Jakarta - Sejumlah vendor ponsel asal China dikabarkan tengah menjajaki pengembangan sistem operasi pengganti Android di tengah ketegangan geopolitik antara Amerika Serikat dan China. Informasi ini langsung memicu spekulasi tentang kemungkinan lahirnya sistem baru yang tidak lagi bergantung pada Google Mobile Services (GMS), sebuah langkah signifikan dalam industri teknologi global.

Xiaomi, Oppo, Vivo, dan OnePlus disebut sebagai empat merek besar yang berpotensi mengguncang pasar dengan meluncurkan sistem operasi independen yang bebas dari kontrol Google. Inisiatif ini mencuat setelah muncul kekhawatiran bahwa ke depannya pemerintah Amerika Serikat akan memberlakukan pembatasan seperti yang dialami oleh Huawei beberapa tahun lalu.

Fokus utama dari pengembangan sistem operasi pengganti Android ini adalah menciptakan ekosistem mandiri yang mampu memberikan pengalaman lengkap bagi pengguna tanpa harus bergantung pada aplikasi dan layanan Google. Langkah ini tentu akan menjadi strategi besar bagi para vendor China dalam memperkuat posisi mereka di pasar global.

Langkah yang diambil oleh para vendor ponsel asal China ini disebut sebagai reaksi strategis atas tekanan geopolitik yang terus meningkat. Beberapa analis meyakini bahwa spekulasi ini bukan sekadar rumor, melainkan sinyal awal dari transformasi besar dalam industri sistem operasi ponsel pintar. Jika benar Xiaomi, Oppo, Vivo, dan OnePlus bersatu untuk menciptakan platform alternatif, maka dominasi Android yang selama ini dikendalikan oleh Google bisa mulai goyah.

Perlu diingat kembali bahwa Huawei pernah menjadi korban dari sanksi perdagangan Amerika Serikat. Ketika itu, perusahaan teknologi asal China ini harus kehilangan akses terhadap seluruh layanan dan perangkat lunak dari perusahaan AS, termasuk Google. Situasi tersebut memaksa Huawei untuk mengembangkan sistem operasi sendiri bernama HarmonyOS yang kemudian menjadi dasar dari ekosistem barunya.

Empat vendor yang kini digadang-gadang tengah bersiap dengan sistem operasi pengganti Android memang memiliki kapasitas besar untuk melakukan inovasi. Xiaomi, sebagai salah satu pemain utama, bahkan dikabarkan telah mengembangkan HyperOS 3 yang digadang-gadang akan menjadi pondasi dari sistem operasi yang benar-benar independen. Sistem ini disebut-sebut akan mampu berjalan tanpa integrasi dengan Google, dan menjadi solusi potensial untuk menghadapi masa depan yang penuh ketidakpastian dari sisi regulasi internasional.

Namun hingga kini, belum ada konfirmasi resmi dari keempat brand terkait kolaborasi tersebut. Informasi yang beredar masih sebatas rumor, namun sumber terpercaya menyebut bahwa Huawei mungkin akan dilibatkan dalam skema tertentu. Huawei sendiri memiliki berbagai teknologi yang bisa diintegrasikan dalam sistem baru ini, seperti Petal Maps, AppGallery, hingga Ark Compiler yang bisa menjadi fondasi pengganti Google Play Services.

Yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah: apakah sistem operasi pengganti Android ini akan tetap kompatibel dengan aplikasi-aplikasi Android yang sudah ada? Ataukah akan mengambil jalur yang lebih radikal seperti HarmonyOS Next milik Huawei yang tidak lagi mendukung aplikasi berbasis Android? Ini menjadi pertimbangan penting mengingat basis pengguna Android saat ini sangat besar, dan kompatibilitas aplikasi akan menentukan tingkat adopsi sistem baru tersebut.

Ketika berbicara tentang dampak terhadap industri, kehadiran sistem operasi non-Android yang digarap oleh empat vendor besar ini tentu tidak bisa dianggap remeh. Xiaomi, Oppo, dan Vivo termasuk dalam lima besar vendor ponsel dunia berdasarkan volume penjualan. Jika ketiganya memutuskan untuk menggunakan sistem yang sama dan tidak lagi bergantung pada Android, maka ekosistem mobile global akan mengalami pergeseran besar-besaran.

Meskipun pengembangan sistem operasi baru merupakan tantangan besar, para vendor asal China ini memiliki sumber daya dan basis pengguna yang luas untuk mencobanya. Mereka juga bisa mengandalkan pengalaman dan infrastruktur yang telah dibangun oleh Huawei, baik dari sisi teknis maupun distribusi. Hal ini menjadi keuntungan strategis dalam upaya menciptakan sistem operasi mandiri.

Di sisi lain, Google tentu tidak akan tinggal diam jika ancaman terhadap Android semakin nyata. Perusahaan asal Amerika Serikat ini kemungkinan akan memperkuat kemitraannya dengan produsen ponsel di luar China, serta berinovasi lebih cepat untuk mempertahankan dominasinya di pasar sistem operasi mobile. Namun jika upaya vendor China berhasil, bukan tidak mungkin Google akan kehilangan sebagian besar pangsa pasar di Asia.

Sebagai penutup, pengembangan sistem operasi pengganti Android oleh vendor ponsel asal China ini mungkin masih sebatas spekulasi. Namun, spekulasi tersebut didasari oleh kondisi nyata di lapangan: ketegangan geopolitik yang terus meningkat, ketergantungan tinggi terhadap Google, serta kekhawatiran akan masa depan akses teknologi. Semua itu menjadi alasan kuat bagi Xiaomi, Oppo, Vivo, dan OnePlus untuk mencari jalur mandiri dalam dunia sistem operasi ponsel pintar.

Apakah langkah ini akan menjadi awal dari era baru di dunia mobile OS? Waktu yang akan menjawab. Namun satu hal yang pasti, dunia teknologi sedang bersiap menghadapi kemungkinan pergeseran besar yang dipicu oleh keinginan vendor ponsel asal China untuk lepas dari bayang-bayang Android.

Sekedar Berbagi Informasi seputar Kehidupan