Kode Referral Kredivo Terbaru, Bonus Hingga 250rb Points untuk Pengguna Baru!. Klik Disini

Petani Lampung Barat Tewas Diserang Harimau, Tubuh Diseret ke Dalam Hutan

Ruangojol.com, Lampung Barat – Peristiwa tragis kembali mengguncang wilayah Lampung Barat setelah seorang petani berusia lanjut ditemukan tewas mengenaskan akibat serangan harimau. Korban bernama Misni (63) ditemukan tak bernyawa dengan kondisi tubuh tidak utuh sejauh satu kilometer dari lokasi kebunnya.

Insiden yang terjadi di Pekon Sukabumi, Kecamatan Batubrak, Lampung Barat, ini menjadi perhatian serius masyarakat dan pihak berwenang karena kembali menegaskan adanya konflik antara manusia dan satwa liar, khususnya harimau Sumatera. Kata kunci serangan harimau dan konflik manusia dan satwa kini kembali menjadi perbincangan hangat di tengah upaya konservasi dan pemanfaatan lahan. Misni, yang sehari-hari bertani di lahan warisan marga, menjadi korban keganasan predator buas tersebut saat menjalankan aktivitas rutin di kebunnya.

Menurut informasi yang diperoleh dari pihak Kodim 0422 Lampung Barat, insiden ini tidak terjadi di kawasan hutan lindung Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS), melainkan di tanah marga yang kerap dijadikan area pertanian oleh warga sekitar. Letkol Inf Rizki Kurniawan, selaku Dandim setempat, menjelaskan bahwa lokasi awal serangan berada di luar hutan TNBBS. Namun, tubuh korban justru ditemukan sudah terseret masuk ke dalam kawasan hutan.

"Lokasi kebun korban ini bukan di dalam kawasan hutan TNBBS, tapi sudah di kawasan tanah marga. Kemudian tubuh korban ini juga ditemukan di dalam kawasan hutan, artinya korban ini diserang, diseret dari kebunnya masuk ke dalam hutan," ungkap Rizky Kurniawan saat diwawancarai Sabtu (12/7/2025).

Peristiwa ini langsung mendapat tanggapan serius dari berbagai pihak, terutama dalam mengantisipasi konflik lanjutan yang berpotensi membahayakan nyawa warga lainnya. Dandim Rizky menyebut pihaknya akan segera berkoordinasi dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA), TNBBS, serta Kepolisian dan Pemerintah Daerah untuk mengambil tindakan cepat dan tepat atas tragedi ini. Langkah awal yang dilakukan adalah menyosialisasikan kepada masyarakat agar menghentikan sementara aktivitas berkebun di lokasi-lokasi yang dianggap rawan serangan hewan liar.

"Yang jelas kami akan berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait, baik dari kepolisian, TNBBS, BKSDA maupun pemda. Untuk sementara kami sosialisasikan kepada masyarakat untuk tidak dulu beraktivitas di kebun," tambahnya.

Peningkatan intensitas konflik antara manusia dan harimau di Lampung Barat telah menjadi perhatian selama beberapa tahun terakhir. Kawasan penyangga yang berbatasan langsung dengan habitat alami harimau semakin tertekan akibat alih fungsi lahan, perambahan, serta aktivitas pertanian yang mendekati hutan. Dalam beberapa kejadian, hewan buas tersebut terlihat masuk ke wilayah penduduk karena terganggu atau karena kekurangan sumber makanan di habitat alaminya.

Selain sosialisasi kepada masyarakat sekitar, upaya konkret lain yang sedang dibicarakan adalah pemasangan kandang jerat di lokasi rawan konflik. Namun rencana ini masih dalam tahap diskusi karena kawasan TNBBS merupakan habitat alami harimau Sumatera yang dilindungi, dan pemasangan perangkap harus memperhatikan aspek hukum serta konservasi.

"Kemudian terkait apakah nantinya akan dipasang kandang jerat itu akan kami bahas karena bagaimana pun kawasan TNBBS ini adalah habitatnya harimau," jelas Rizky lebih lanjut.

Sebelumnya, warga menemukan tubuh korban dalam kondisi mengenaskan pada malam Kamis (10/7/2025) sekitar pukul 19.30 WIB. Lokasi penemuan berada cukup jauh dari kebun tempat korban biasa bekerja, tepatnya di area hutan dekat pemukiman Pekon Sukabumi. Dalam video yang tersebar luas dan diperoleh dari warga setempat, terlihat proses evakuasi tubuh korban yang dilakukan dengan hati-hati dan penuh duka. Kaki kanan korban bahkan terlihat tidak utuh, hanya tersisa tulang.

Peristiwa ini menambah panjang daftar konflik satwa liar dengan manusia yang tak kunjung terselesaikan secara menyeluruh. Meski pemerintah telah menetapkan zona konservasi dan melakukan berbagai pendekatan pelestarian, kejadian seperti ini tetap terulang, menimbulkan ketakutan sekaligus rasa kehilangan mendalam bagi keluarga dan komunitas lokal.

Di sisi lain, para aktivis lingkungan menekankan pentingnya evaluasi terhadap penggunaan kawasan penyangga dan mendorong pembentukan sistem mitigasi konflik yang lebih efektif dan manusiawi. Hal ini termasuk edukasi berkelanjutan, penempatan pos pengawasan satwa, dan mekanisme pelaporan yang cepat serta tanggap.

Kata kunci seperti serangan harimau, konflik manusia dengan satwa liar, petani diserang harimau, hingga kematian akibat harimau Sumatera semakin sering muncul dalam pemberitaan terkait Lampung dan Sumatera secara umum. Oleh karena itu, perlu langkah strategis yang tidak hanya reaktif, tetapi juga preventif agar tragedi seperti yang menimpa Misni tidak terus terulang.

Warga sekitar kini diimbau untuk lebih waspada dan segera melaporkan bila melihat tanda-tanda kehadiran satwa liar di sekitar kebun atau pemukiman. Tindakan kolektif dari masyarakat, aparat, dan lembaga konservasi sangat dibutuhkan untuk menciptakan keseimbangan antara pelestarian satwa dan keselamatan manusia.

Lampung Barat, sebagai salah satu daerah yang berbatasan langsung dengan kawasan hutan lebat di Sumatera, menjadi titik penting dalam rantai konservasi dan konflik satwa. Jika tidak ditangani secara komprehensif, kejadian seperti ini bukan hanya menimbulkan korban jiwa, tetapi juga merusak ekosistem sosial dan ekologi di sekitarnya.

Semua pihak kini menanti tindak lanjut nyata dari pemerintah dan pemangku kepentingan lain agar kasus ini menjadi yang terakhir, bukan bagian dari siklus konflik yang terus berulang.

Sekedar Berbagi Informasi seputar Kehidupan